Kamis, 30 November 2017

MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan guru adalah dengan memperkaya model atau metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah- langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar (Suyatno, 2009; 6).
Model pembelajaran Induktif Berbasis Integratif merupakan strategi yang direncanakan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kreatif melalui observasi, membandingkan, penemuan pola dan menggeneralisasikan. Model pembelajaran Induktif Berbasis Integratif merupakan suatu kesatuan dari perpaduan dua model
pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan implementasi positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Tipe pembelajaran ini cocok digunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran aktif yang mendorong siswa mengadakan dan memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan- pertanyaan. Pelaksanaannya juga menggunakan sintaks atau fase yang berurutan dan berstruktur, sehingga memudahkan guru dan siswa untuk memahami langkah pelaksanaan tanpa mengurangi materi yang akan disampaikan guru. Model tersebut sangat cocok diaplikasikan pada proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Berdasarkan hal tersebut Hilda Taba (dalam Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1972, hlm. 124) mengembangkan tiga tahapan model dari strategi mengajar yang menjadi sintaks model pembelajaran induktif, sebagai berikut:
1. Tahap I: pembentukan konsep (concept formation), meliputi:
a. Menyebutkan dan membuat data yang relevan dengan masalah.
b. Mengelompokkan.
c. Memberi nama.
2. Tahap II: interpretasi data (data interpretation), meliputi:
a. Mengidentifikasi hubungan antar variabel.
b. Menjelaskan hubungan antar vatiabel.
c. Menyimpulkan.
3. Tahap III: aplikasi prinsip (application of prinsiples), meliputi:
a. Membuat prediksi atau hipotesis.
b. Menjelaskan prediksi atau hipotesis.
c. Menguji prediksi atau hipotesis.
Tujuan tahap I, pembentukan konsep adalah mengajak siswa untuk membentuk dan mengembangkan konsep yang dapat digunakan siswa untuk memproses informasi selanjutnya. Tahap I ini terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa diminta untuk melakukan sesuatu terhadap data, yaitu menyebutkan data-data yang relevan dengan masalah. Setelah siswa menyebutkan semua data yang diperolehnya, selanjutnya fase kedua siswa diminta untuk mengelompokkan data-data tersebut ke dalam kategori berdasarkan persamaan-persamaan yang kemudian pada fase ketiga diminta untuk memberi nama atau label pada tiap kategori yang dibentuk tersebut.
Pada tahap II, interpretasi data, juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa diminta untuk mengidentifikasi data atau butir-butir informasi yang telah dikelompokkan dan diberi nama pada tahap I. Selanjutnya pada fase kedua, siswa diminta untuk menjelaskan atau menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi tersebut misalnya dengan meminta siswa untuk menghubungkan hal yang satu dengan yang lain atau menentukan hubungan sebab-akibat dari hubungan tersebut. Sedangkan fase ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh pada fase-fase sebelumnya.
Seperti halnya pada tahap I dan II, pada tahap III juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama siswa diminta untuk memprediksikan pengaruh atau akibat yang akan terjadi, menjelaskan data-data yang lebih luas, atau membuat hipotesis. Pada fase kedua, siswa mencoba untuk menjelaskan hipotesis yang telah mereka buat dan pada fase ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan secara menyeluruh dari tahap pertama sampai pada tahap terakhir.

Kelebihan  Model Pembelajaran Induktif
1.      Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2.      Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3.      Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.
Kelemahan Model Pembelajaran Induktif
1.      Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2.      Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
3.      Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.
4.      Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
5.      Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6.      Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7.      Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.


Referensi :
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/04/model-pembelajaran-induktif.html
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Massmedia, Buana Pustaka.
Jurnal :

Putri, I. Ardana, K. dan Ganing, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Induktif Berbasis Integratif Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Semester I Sekolah Dasar Gugus R.A Kartini. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol:  2 No: 1 Tahun 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar