Model pembelajaran
induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung
memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi
yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori
konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam
bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah
guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan
cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran
induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya
dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan
untuk membuat siswa berpikir.
Salah satu strategi
yang dapat dilakukan guru adalah dengan memperkaya model atau metode
pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan
langkah- langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil
belajar (Suyatno, 2009; 6).
Model pembelajaran
Induktif Berbasis Integratif merupakan strategi yang direncanakan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kreatif
melalui observasi, membandingkan, penemuan pola dan menggeneralisasikan. Model
pembelajaran Induktif Berbasis Integratif merupakan suatu kesatuan dari
perpaduan dua model
pembelajaran yang
diharapkan mampu memberikan implementasi positif bagi peningkatan hasil belajar
siswa. Tipe pembelajaran ini cocok digunakan untuk menciptakan suasana
pembelajaran aktif yang mendorong siswa mengadakan dan memfokuskan pengamatan
melalui pertanyaan- pertanyaan. Pelaksanaannya juga menggunakan sintaks atau
fase yang berurutan dan berstruktur, sehingga memudahkan guru dan siswa untuk
memahami langkah pelaksanaan tanpa mengurangi materi yang akan disampaikan
guru. Model tersebut sangat cocok diaplikasikan pada proses belajar mengajar
khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Berdasarkan hal
tersebut Hilda Taba (dalam Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1972, hlm. 124)
mengembangkan tiga tahapan model dari strategi mengajar yang menjadi sintaks
model pembelajaran induktif, sebagai berikut:
1. Tahap I: pembentukan
konsep (concept formation), meliputi:
a. Menyebutkan dan
membuat data yang relevan dengan masalah.
b. Mengelompokkan.
c. Memberi nama.
2. Tahap II:
interpretasi data (data interpretation), meliputi:
a. Mengidentifikasi
hubungan antar variabel.
b. Menjelaskan hubungan
antar vatiabel.
c. Menyimpulkan.
3. Tahap III: aplikasi
prinsip (application of prinsiples), meliputi:
a. Membuat prediksi
atau hipotesis.
b. Menjelaskan prediksi
atau hipotesis.
c. Menguji prediksi
atau hipotesis.
Tujuan tahap I,
pembentukan konsep adalah mengajak siswa untuk membentuk dan mengembangkan
konsep yang dapat digunakan siswa untuk memproses informasi selanjutnya. Tahap
I ini terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa diminta untuk melakukan
sesuatu terhadap data, yaitu menyebutkan data-data yang relevan dengan masalah.
Setelah siswa menyebutkan semua data yang diperolehnya, selanjutnya fase kedua
siswa diminta untuk mengelompokkan data-data tersebut ke dalam kategori
berdasarkan persamaan-persamaan yang kemudian pada fase ketiga diminta untuk
memberi nama atau label pada tiap kategori yang dibentuk tersebut.
Pada tahap II,
interpretasi data, juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa
diminta untuk mengidentifikasi data atau butir-butir informasi yang telah
dikelompokkan dan diberi nama pada tahap I. Selanjutnya pada fase kedua, siswa
diminta untuk menjelaskan atau menerangkan butir-butir informasi yang telah
diidentifikasi tersebut misalnya dengan meminta siswa untuk menghubungkan hal
yang satu dengan yang lain atau menentukan hubungan sebab-akibat dari hubungan
tersebut. Sedangkan fase ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari
hasil yang diperoleh pada fase-fase sebelumnya.
Seperti halnya pada
tahap I dan II, pada tahap III juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama
siswa diminta untuk memprediksikan pengaruh atau akibat yang akan terjadi,
menjelaskan data-data yang lebih luas, atau membuat hipotesis. Pada fase kedua,
siswa mencoba untuk menjelaskan hipotesis yang telah mereka buat dan pada fase
ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan secara menyeluruh dari tahap
pertama sampai pada tahap terakhir.
Kelebihan Model
Pembelajaran Induktif
1.
Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan
presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang
topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
2.
Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi
pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa
lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3.
Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu
keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya
jawab tersebut.
Kelemahan Model
Pembelajaran Induktif
1.
Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya
(questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan
kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2.
Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini,
jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat
siswa berpikir.
3.
Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan
eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif
agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika
syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai
secara sempurna.
4.
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang
akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan
observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka
kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
5.
Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas
belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol
proses belajar siswa.
6.
Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang
digunakan oleh guru.
7.
Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak
suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
Referensi :
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/04/model-pembelajaran-induktif.html
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Massmedia, Buana Pustaka.
Jurnal :
Putri, I. Ardana, K. dan Ganing, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Induktif
Berbasis Integratif Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Semester I Sekolah
Dasar Gugus R.A Kartini. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.
Vol: 2 No: 1 Tahun 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar