Kamis, 30 November 2017

Model Pembelajaran Diskusi

Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.
Metode diskusi sangat cocok diterapkan pada proses belajar mengajar bidang mata pelaaran IPA. Tujuan dari metode diskusi dalam proses belajar mengajar IPA yang diterapkan oleh guru adalah upaya untuk membelajarkan siswa yaitu usaha untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pada umumnya proses belajar mengajar, guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan dapat memberikan jawaban. Cara guru mengajukan pertanyaan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil belajar dan peningkatan cara berpikir siswa. Dengan metode tersebut maka secara langsung dapat memberikan suatu dorongan kepada siswa untuk berani berbicara mengemukakan argumentasinya. Seorang guru disekolah yang terampil menggunakan metode diskusi akan selalau mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, sistimatis ketaraf yang lebih tinggi dalam belajar (Depdiknas: 2010).
metode diskusi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
         1.      Terdiri dari beberapa orang, bisa lebih dari tiga orang.
         2.      Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
         3.      Ada yang menjadi pemimpin.
         4.      Ada proses tukar pendapat atau informasi.
         5.      Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.
Pada penerapan metode diskusi, siswa dihadapkan dengan kegiatan diskusi yang dilakukan beberapa kelompok siswa yang mengacu pada langkah-langkah diskusi yang sesuai dengan materi ajar baik kemudian dari kegiatan diskusi tersebut siswa bertukar pikiran antar sesama teman kelompok ataupun antar kelompok lain dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan dan tanggapan. Dari hasil diskusi tersebut, siswa mengisi LKS yang dibagikan pada masing-masing siswa yang sesuai dengan materi ajar.

Langkah-langkah penggunaan metode diskusi menurut Hasibuan (1985) dan Sastrawijaya (1988)adalah sebagai berikut:
1.   Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2.  Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :
a)      Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan
b)      "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya
c)      Lancar berbicara
d)     Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain :
a)      Pengatur dan pengarah diskusi
b)      Pengatur "lalu lintas" pembicaraan
c)      Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
3.    Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
4.    Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5.     Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

Jenis-jenis diskusi menurut Hasibuan (1985) yaitu :
1)      Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
2)      Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing.Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3)      Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4)      Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang.Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas:ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
5)      Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
6)      Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar.Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7)      Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8)      Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
9)      Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

Kelebihan metode diskusi adalah:
1.  Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2.      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
3.      Memperluas wawasan
4.      Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan masalah
Kekurangan metode diskusi adalah:
1.      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2.      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

3.      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.









Referensi
Jurnal : 
Depdiknas. 2010. Mutu Pendidikan. Depertemen Pendidikan  dan Kebudayaan. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar