Metode diskusi
merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau
masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama
untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.Dalam diskusi murid dapat
mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul,
dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari
berbagai segi.
Metode diskusi sangat
cocok diterapkan pada proses belajar mengajar bidang mata pelaaran IPA. Tujuan
dari metode diskusi dalam proses belajar mengajar IPA yang diterapkan oleh guru
adalah upaya untuk membelajarkan siswa yaitu usaha untuk memperoleh pengetahuan
dan meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pada umumnya proses belajar mengajar,
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan dapat
memberikan jawaban. Cara guru mengajukan pertanyaan mempunyai pengaruh dalam
pencapaian hasil belajar dan peningkatan cara berpikir siswa. Dengan metode
tersebut maka secara langsung dapat memberikan suatu dorongan kepada siswa
untuk berani berbicara mengemukakan argumentasinya. Seorang guru disekolah yang
terampil menggunakan metode diskusi akan selalau mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, sistimatis ketaraf yang lebih
tinggi dalam belajar (Depdiknas: 2010).
metode diskusi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Terdiri dari beberapa
orang, bisa lebih dari tiga orang.
2. Ada permasalahan yang
sedang dicarikan solusi pemecahannya.
3. Ada yang menjadi pemimpin.
4. Ada proses tukar pendapat
atau informasi.
5. Menghasilkan rumusan
alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.
Pada penerapan metode diskusi, siswa
dihadapkan dengan kegiatan diskusi yang dilakukan beberapa kelompok siswa yang
mengacu pada langkah-langkah diskusi yang sesuai dengan materi ajar baik
kemudian dari kegiatan diskusi tersebut siswa bertukar pikiran antar sesama
teman kelompok ataupun antar kelompok lain dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan dan tanggapan. Dari hasil diskusi tersebut, siswa mengisi LKS yang dibagikan
pada masing-masing siswa yang sesuai dengan materi ajar.
Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi menurut Hasibuan (1985) dan Sastrawijaya (1988)adalah
sebagai berikut:
1.
Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2.
Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi
(ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan
sebagainya dengan bimbingan guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan
siswa yang :
a)
Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan
b)
"Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya
c)
Lancar berbicara
d)
Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain :
a)
Pengatur dan pengarah diskusi
b)
Pengatur "lalu lintas" pembicaraan
c)
Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
3.
Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban,
serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi
aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui
secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
4.
Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi
dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru
memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5.
Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan
laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Jenis-jenis
diskusi menurut Hasibuan (1985) yaitu :
1)
Whole group
Kelas merupakan satu kelompok
diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15
orang.
2)
Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang.Tempat diatur agar siswa dapat
berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah
pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan
pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu
membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran,
membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing.Dengan
demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi,
informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3)
Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang,
mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar,
dipimpin oleh seorang moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan
audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada
suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4)
Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi
beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6 orang.Masing-masing kelompok kecil
melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada
kelas:ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok
(syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru
menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.Setiap sindikat
bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan
yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk
didiskusikan lebih lanjut.
5)
Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru
tanpa dinilai segera.Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil
belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan
ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
6)
Simposium
Beberapa orang membahas tentang
berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta
symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian diikuti dengan sanggahan dan
pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar.Bahasan dan sanggahan
itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7)
Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak
sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperhatikan peraturan perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan
ialah yang bersifat problematic, bukan yang bersifat aktual.
8)
Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia
sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar,
siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang
pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar
yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan
dari tangan pertama.
9)
Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh
seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.Tempat
duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong
menghadap peserta diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok
diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).
Sedang kelompok diskusi berdiskusi,
kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi
kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung
berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.
Kelebihan
metode diskusi adalah:
1.
Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan
terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2.
Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
3.
Memperluas wawasan
4.
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan
masalah
Kekurangan
metode diskusi adalah:
1.
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2.
Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
3.
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
Referensi
Jurnal :
Depdiknas. 2010. Mutu Pendidikan. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta